Selasa, 08 Desember 2009

Profil Rudi Hartono

Rudy Hartono “Wonder Boy”

Rudy Hartono Kurniawan, mantan pemain Bulu Tangkis dengan smash yang mematikan dan penampilan yang memukau, membawanya menjadi juara All England delapan kali dan bersama-sama dengan Tim dari Indonesia berhasil memenangkan Thomas Cup pada 1970,1973,1976,dan 1979. dengan prestasinya yang demikian akhirnya Pria yang suka berdoa ketika bertanding ini diberikan penghargaan dari Guinesse Book Of World Record pada tahun 1982. Kurniawan yang lahir dengan nama Nio Hap Liang pada 18 Agustus 1949, adalah anak ketiga dari 9 bersaudara, dari pasangan Zulkarnain Kurniawan. Orang tua Rudy berkerja sebagai penjahit pakaian pria dan selain itu juga orang tua Rudy memiliki usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jakarta Timur. Ayah Rudy juga memiliki Asosiasi bulu tangkis yang diberi nama “Asosiasi Bulutangkis Oke” yang didirikan tahun 1951. Ayah Rudy mulai menyadari bakat anaknya dalam bermain bulutangkis ketika Rudy berumur 11 tahun, dan akhirnya rudy diikut sertakan oleh ayahnya dalam Asosiasi milik ayahnya tersebut serta dilatih secara sistematik dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya.

Ketika bergabung dengan Asosiasi milik ayahnya tersebutlah Rudy merasakan latihan Profesional yang sesungguhnya. meskipun lokasi ruang latihan “Asosiasi Bulutangkis Oke” di gudang gerbong kereta api PJKA,Karangmenjangan. Rudy tetap bersemangat berlatih dengan maksimal setiap harinya. Tidak lama kemudian Rudy pindah dan bergabung dengan “Rajawali Group” yang telah banyak menghasilkan banyak pemain bulutangkis Internasional. Akan tetapi setelah mendapat masukan dari ayahnya Rudy akhirnya memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih baik di “Pusat Pelatihan Thomas Cup”. Di sana kemampuan Rudy teruji bahkan kemampuannya berkembang pesat dan ia menjadi bagian dari tim Thomas Cup yang berhasil memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967. di usia 18 tahun Rudy berhasil memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan Skor 15-12 dan 15-19. Kemudian ia terus menyandang titel tersebut hingga tahun 1974. karena ia kalah melawan Svend Pri dari Denmark yang mempunyai kemampuan memberi kejutan dan membuat bingung lawan, di tahun 1975, tetapi gelar tersebut berhasil di raih kembali oleh Rudy pada tahun 1976. Dan pada usia 31 tahun ia pun membuktikan dirinya sebagai maestro yang tangguh dengan mengalahkan Liem Swie King di final pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis II di Jakarta tahun 1980. Untuk itulah akhirnya orang-orang menjulukinya Wonder Boy karena ia nyaris tidak terkalahkan dengan memenangkan juara tujuh kali berturut-turut dan yang ke delapan (1968-1976).

Menurut Rudy kunci sukses keberhasilannya selain berlatih dengan keras adalah “Berdoa” sebelum dan sesudah bertanding, karena dengan berdoa Rudy memperkuat pikiran dan iman. Berkat nama besarnya di dunia bulutangkis, United Nations Development Programme (UNDP) menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia. UNDP adalah organisasi PBB yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar hidup, dan mendukung para perempuan. Di mata UNDP, Rudy menjadi sosok terbaik sebagai duta kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar